Translate

Powered By Blogger

Sunday, April 26, 2020

Membaca Masa - Jadilah Manusia Beruntung!


Manusia sangat  terikat oleh waktu atau masa yang demikian misterius menurut saya. Kapan kita dilahirkan, berapa lama kita diberi kesempatan untuk hidup, dan kapan kita mati tampaknya tetap menjadi rahasia Ilahi yang tak bisa kita intip! Kepastian bahwa yang berjiwa itu akan mati tidak ada yang dapat menyangkalnya. Semua tercatat rapi di Lauh Mahfuz.  Apakah lantas kita menjadi pesimis menghadapi kehidupan? Bagaimana kita mengisi waktu yang diberikan kepada kita? Meskipun pengetahuan kita tentang masa sangatlah terbatas  pada pagi, siang, malam dan terbatas sekedar  angka  detik, menit, jam, serta terbatas pada hari, minggu, bulan, tahun. Yakinlah, semua telah ditetapkan. Sadar atau tidak sering kali kita menjalani melewati masa-masa kita seadanya, tanpa sadar dan begitu-begitu saja, taken for granted.  Padahal, jika kita mau me 'membaca' sedikit saja petunjuk-petunjuk yang dititahkanNya untuk kita, semuanya jelas. 

Satu hal yang menurut saya sangat penting dibahas adalah surat super pendek yang menjadi andalan siapa saja ketika sholat, yaitu Al Ashr. Saya selalu bertanya-tanya mengapa Allah mengatakan, "Demi masa" dalam ayat pertama surat Al-'Ashr. Mengapa masa? Mengapa waktu? Apakah 'waktu' itu demikian penting sehingga kita, manusia perlu dituntun dan diingatkan melalui surat ini ? Bagaimana tidak pendek, surat ini hanya terdiri tiga ayat, surat ke-103 Al quran, anak kecilpun tidak kesulitan untuk mengingatnya. (1)Wal' ashr, (2) innal insaana la fi khusr, (3) illal la-dziina aamanuu wa'amilatush shaalihati wa tawaa-shaubil haqqi wa tawwa-shau bish shabr.  (1) Demi masa, (2) sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, (3) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, saling menasehati untuk kebenaran dan menasehati untuk kesabaran. 

Bagi saya, yang kalau menurut kategori Geertz, termasuk manusia Indonesia, eh... manusia Jawa abangan, yang jauh dari kasta santri yang setiap hari bergelut dengan ilmu agama dan apalagi priyayi (yang semoga dekat dengan santri), harus bersusah payah sendiri mencoba menggali makna kata sederhana 'Demi Masa' - Mengapa manusia dalam keadaan merugi? Kalau merugi kenapa manusia diciptakan? Untuk apa kita hidup? Pertanyaan-pertanyaan itu selalu ada di kepala dan hati saya sampai sekarang. Hidup sepertinya tampak menyedihkan dan pesimistis. Tapi sebentar, kalimat itu belum selesai dan ayat terakhir itu sesungguhnya petunjuk yang sangat jelas bagi kita. Manusia dikatakan beruntung jika dia beriman, beramal shaleh dan saling mengingatkan pada kebenaran dan kesabaran.

Tampaknya gampang dan simpel diucapkan. Tapi sungguh bagi saya yang sekali lagi hanya manusia jelata, proletar, semuanya perlu perjuangan! Jujur saja, iman saya sering kali naik turun, keinginan dan tindakan beramal shaleh juga kadang timbul tenggelam, mengingatkan pada kebenaran dan kesabaran ini juga penuh dengan godaan setan. Saya sering kali tergelincir pada sikap-sikap dan ucapan yang sama sekali jauh dari makna sabar. Ya Allah... mohon maaf. Saya sering kali tak sabar dalam menjalankan peran  sebagai ibu, istri, saudara, anak,  tetangga,  pendidik, kolega, ataupun teman. Ya, saya perlu belajar banyak. Belajar bagaimana mengalahkan syaitan yang memang Kau ciptakan untuk menguji keimanan dan kesabaran yang dengan kurang ajar dan sangat cerdik menyusup ke dalam hati tanpa permisi dan tanpa kita sadari.

Maka, menghadapi masa pandemi seperti sekarang ini, saya merasa memiliki momentum untuk membaca masa dengan lebih jernih. Sejak tanggal 16 Maret 2020 sampai saat ini, 26 April 2020, saya memiliki waktu yang lebih tenang untuk mencoba memahami apa yang sedang terjadi. Saya yakin Allah punya tujuan jelas untuk kebaikan manusia. Inilah waktunya secara pelan dan pasti kita kembali pada diri sendiri dan kembali padaNya. Tak ada kekuatan dan hegemoni negara manapun yang mampu mengalahkan mahlukNya yang terlihat saja tidak! Mahluk yang oleh manusia disebut Covid-19.  Allah sedang menunjukkan bahwa dunia dan manusia  begitu sangat rapuh! Tidak selayaknya kita jumawa menantang petunjuk-petunjukNya. Pandemi ini adalah satu cara Allah memperlambat dan mengerem kerakusan dan kerusakan yang diperbuat oleh manusia terhadap dirinya, lingkungan dan juga alam. Bukankah berbagai macam kerusakan di dunia ini disebabkan oleh manusia sendiri?

Yakinlah, hidup kita sedang ditata ulang oleh yang punya hidup! Mari kita terima dengan lapang dada dan kesabaran. Semoga dengan itu kita akan menjadi manusia yang bahagia dan 'penuh'. Demi masa, semoga kita menjadi manusia yang beruntung. Demi masa meskipun sangat sulit meniru perilaku tuntunan kita,  Nabi Muhammad SAW yang mampu membagi waktunya menjadi sepertiga untuk Allah, sepertiga untuk tugas, dan sepertiga untuk keluarga, marilah kita mencoba beradaptasi dan terus memperbaiki diri.  Semoga Ramadhan yang berkawan Covid-19 ini  memberikan momentum yang tepat untuk kita  selalu mendekatkan diri kepadaNya dengan penuh kesadaran, kesederhanaan dan tanpa hingar bingar. Semoga sisa waktu yang diberikanNya untuk kita dapat kita manfaatkan sebaik-baiknya. Aaamiin ya robbal alamiin. (YA)


0 comments:

Post a Comment