Ramadan tahun 2020 ini sungguh berbeda. Subhanallah tak henti-henti kupanjatkan doa dan terima kasih pada-Mu, pemilik jagad raya dan isinya. Pemilik angin, awan, hujan, tanah, serta tumbuhan. Pemberi segala berita yang menggembirakan. Ternyata, di tengah berbagai macam kesedihan, kepedihan, kegundahan, dan juga ketidakpastian kehidupan manusia di dunia saat ini, saya merasa tenang, ringan, dan mengalir penuh kegembiraan dan kesederhanaan. Semua berjalan sesuai kehendak-Nya. Insya Allah akan baik-baik saja. Amiin.
Membaca dan menggali makna yang terkandung dalam setiap surat dalam Al-Qur'an serasa menentramkan dan meneduhkan jiwa. Hilang rasa gundah apalagi sedih. Ada keinginan untuk selalu kembali menyelami makna setiap larik-lariknya-Nya. Lagi dan lagi. Luar biasa. Dan sekarang ada satu keinginan yang juga tak terbendung untuk berbagi dan menuliskannya disini.
Sungguh indah. Tak ada seorang penyair terhebatpun di dunia mampu menandingi jalinan kata yang demikian lembut, mendayu, menyejukkan sekaligus tegas, jelas, kadang menakutkan, mengerikan dan penuh ancaman, serta menyedihkan sekaligus. Itulah istimewanya. Tentu bagi orang-orang yang mau menerima petunjuk-Nya. Kita tentu percaya bahwa ketauhidan Tuhan juga diajarkan melalui kitab-kitab yang diturunkan kepada para nabi sebelum Nabi Muhammad SAW. Sungguh beruntung kita memiliki mukjizat Al-Quran sebagai petunjuk hidup yang membenarkan kitab-kitab sebelumnya
(Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa, Zabur kepada Nabi Daud, dan Injil kepada Nabi Isa). Nikmat manalagi yang akan kita ingkari?
Seandainya Nietzsche punya kesempatan menghayati kata-kata dalam Al-Quran ini....saya tak yakin Zarathustra akan berteriak lantang karena kehilangan Tuhannya! Ah, mungkin saja dulu kitab yang dibacanya bukan yang seharusnya (mungkin informasi Nabi Isa a.s bahwa akan adanya penerusnya bernama Ahmad atau Muhammad tak lagi ditulis disana, update info tentang ke-Islamannya hilang entah menguap dimana). Allahu a'lam - Allah Yang Maha Mengetahuinya. Sungguh malang nasibnya. Bukit yang didaki dan jalan terjal yang dipilihnya mungkin bukan yang semestinya. Ya, seandainya dia tahu bahwa Tuhan begitu dekat, dia tak akan frustasi dan gila dengan pemikirannya sendiri! Tragis. Manusia boleh belajar dari kegagalan konsep ubermensch yang terjawab oleh sejarah melalui Hitler.
Dalam hal tertentu Nietzsche mungkin saja benar bahwa manusia diajari untuk mampu mendidik dirinya sendiri, menguasai kemampuan tertentu dan mengarahkan diri sendiri atau bahkan mengantisipasi keadaan tertentu. Apakah ajaran itu tidak ada di dalam Al-Quran? Tentu saja ada, jauh sebelum Zarathustra lahir! Bukankah sejak penciptaannya, manusia diberi pilihan? Mengapa Adam dan Hawa dibiarkan memetik buah kuldi yang terlarang? Karena Tuhan membiarkan iblis meracuni pikiran mereka. Begitu halus iblis dan setan masuk ke dalam diri manusia, bahkan lewat aliran darah. Kalau begitu mengapa iblis dan setan dibiarkan untuk tidak tunduk dan bersujud kepada Adam dan diijinkan untuk 'menggelincirkan' manusia sepanjang hayatnya? Tidak lebih karena Tuhan ingin menguji dan membedakan mana yang patuh dan mana yang tidak. Ya, manusia diturunkan ke bumi yang diciptakan-Nya selama enam masa, tak lebih untuk menerima ujian! Lolos tidaknya manusia dalam ujian, tentu semua diserahkan kepada masing-masing.
Manusia diberi kesempatan untuk mendidik dirinya sendiri dan mengarahkan dirinya sendiri secara terus menerus sampai batas waktu yang telah ditentukan, yaitu ketika nyawa telah digulung dan diambil kembali oleh pemilik-Nya. Manusia dibebaskan untuk memilih jalannya sendiri-sendiri.Tuhan tentu Maha Tahu bahwa manusia memang makhluk pembantah serta pembangkang dan ujiannya adalah 'kepatuhan.' Kita diminta untuk tunduk (lima kali dalam sehari bersujud sejenak, berzakat, berinfak dan beramal shaleh). Sederhana tetapi penuh godaan yang sangat memabukkan! Mudah diucapkan tapi tak banyak yang mau melakukannya. Semoga kita termasuk golongan yang sedikit itu!
Begitu besar nikmat kehidupan yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia. Memang betul, seandainya air laut dijadikan tinta untuk menuliskan nikmat-nikmat yang diberikan-Nya untuk kita, sungguh sampai keringpun tidak akan sanggup untuk menuliskan daftar nikmat yang diberikan-Nya untuk kita! Semoga kita termasuk pada golongan yang selalu sadar dan ingat, atau conscious akan fitrah penciptaan kita. Semoga kita bukan termasuk yang lalai dan mengingkarinya. Hidup kita bukan untuk hari ini, tetapi untuk kehidupan kelak. Masa ketika tulang-belulang seluruh umat disatukan kembali dan hari itu semua ditanya tentang apa yang telah dilakukan saat ini. Tak ada seorangpun dapat mengelak. Hari itu.... harta, anak, keluarga, apalagi tahta dan jabatan tak ada gunanya! Semoga kita termasuk golongan yang yakin akan hari itu!
Mudah-mudahan kita termasuk golongan penerima kitab (bernomor takkan tertukar - 'Iliyin') dari tangan kanan. Kelak golongan ini akan menerima kitabnya masing-masing dengan penuh suka cita dan kegembiraan. Hari ketika pertimbangan dan pertemuan dengan Tuhannya menjadi kenyataan. Mereka adalah golongan penempuh jalan terjal dan sungguh sulit serta penuh godaan / temptation indahnya dunia, menuju jalan yang dititahkan-Nya. Semoga kita bukan termasuk golongan yang bersedih, penuh dengan penyesalan dan penderitaan. Hari berbalas yang tidak mungkin ada editing apalagi deleting! Golongan malang itu sungguh akan menyesal dan dipermalukan karena kitabnya dilempar dari kiri dan belakang. Penyesalan tentu tak akan berguna lagi. Muka golongan ini akan diseret tanpa kehormatan! Astagfirullahal azim. Dengar dan ikuti petunjuk-Nya dan kau akan bahagia. Mudah-mudahan bermanfaat sebagai pengingat. (Yeni Artanti)
0 comments:
Post a Comment