Translate

Powered By Blogger

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Monday, December 21, 2020

Norah : Perempuan yang Bertumbuh dalam 'Trois Femme Puissantes" karya NDiaye

Manusia harus melakukan tugas pertumbuhannya dengan melakukan berbagai macam pilihan.  Norah dalam 'Trois Femme Puissantes' menunjukkan bagaimana perempuan dapat tumbuh secara baik meskipun dihimpit oleh berbagai macam persoalan hidup yang sering kali tidak masuk akal dan membuat kita bingung. "No Pain No Gain' mungkin tepat untuk menggambarkan bagaimana perjuangan tohoh Norah untuk menghadapi ketakutan dan kebencian terhadap dirinya sendiri atas penolakan ayah kandungnya karena terlahir perempuan. Ulasan kami yang dipublikasikan dan dapat di download melalui Jurnal Atavisme berikut semoga bermanfaat.  Selamat membaca.  (YA). 




Tuesday, June 2, 2020

Tentang Konsep Diri Perempuan


Stupeur et tremblements : Amélie Nothomb : 9782253150718
Add caption



Tentang Konsep Diri Perempuan dalam Stupeur et Tremblements silahkan buka di tautan berikut  https://journal.uny.ac.id/index.php/litera/article/view/30465

Wednesday, May 27, 2020

Belajar dari Maryam (2)



Allah SWT demikian menyayangi Maryam dan bayinya. Maryam yang diperintah Allah SWT untuk berpuasa berbicara,  akhirnya berani pulang. Kerumunan masyarakat Bani Israil dan berbagai macam celaan dan cercaan tidak dihiraukannya. Dia menjalani puasa mbisu seperti perintah-Nya, dia hanya menunjuk kepada bayi dalam buaiannya dengan perasaan yang bercampur aduk.   Bayi mungil Isa a.s karena Allah Ar-rabb (Maha Mengatur) yang memampukan siapa yang dikehendaki-Nya untuk berbicara.

“ Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan menjadikanku seorang Nabi, dan Dia menjadikanku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku untuk salat, menunaikan zakat selama aku hidup, dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikanku sebagai orang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” (QS. Maryam: 30-34).

Mungkin masih ada pertanyaan, "Bagaimana Maryam yang seorang perempuan tidak disentuh seorang laki-laki manapun dapat mempunyai anak? Apakah anak yang dikandungnya adalah anak Tuhan kalau begitu?"  

Tentu bagi kita yang beriman,  hal itu mudah saja bagi Allah SWT, “Kun fa yakun...”  “Maka jadi, jadilah!" Apakah kita kemudian mengatakan Maryam dan Isa adalah Tuhan? Tentu saja tidak.
Bukankah penciptaan Nabi Adam a.s tak kalah hebatnya dengan penciptaan Nabi Isa a.s? Bayangkan tanpa Bapak dan Ibu! Apakah kemudian kita menjadikan nabi Adam a.s sebagai Tuhan?
Tentu saja tidak. Lalu pertanyaannya, mengapa sebagian Bani Israil menuhankan Nabi Isa, a.s ? Apakah karena Nabi Isa, a.s dapat menghidupkan  orang mati, dapat menyembuhkan orang buta, orang sakit?

Almasih artinya ‘pengusap', apapun yang diusapnya akan menjadi baik dan selamat serta mulia karena Allah Ta'ala tentu saja.  Bukankan akan sangat mudah bagi setan untuk menggelincirkan manusia dengan keistimewaannya yang demikian itu dan menganggapnya sebagai Tuhan? Dan memang manusia adalah makhluk yang suka berlebihan dan suka berbantah-bantahan serta suka membolak-balikkan kata-kata.

"Wahai Ahli Kitab! Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sungguh Almasih Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan yang diciptakan dengan kalimat-Nya dan jangan kamu mengatakan, "Tuhan itu tiga," berhentilah itu lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Mahasuci Dia dari anggapan mempunyai anak. Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Cukuplah Allah sebagai pelindung." (An-Nisa:171).

Ajaran Nabi Musa a.s dalam Kitab Taurat pun telah mengalami pergeseran sedemikian rupa demi nafsu manusia. Memang manusia itu makhluk yang demikian mudah terombang-ambing dan tergoda oleh iblis. Bayangkan, baru ditinggal Nabi Musa a.s selama 40 hari untuk berdoa kepada Allah a.s sementara urusan umatnya diserahkan kepada Nabi Harun a.s, dan apa yang terjadi? Ketika kembali, umatnya sudah menjadi menyembah patung sapi dari emas! Bagaimana sepeninggalnya? Allahu a'lam. 

Saya sungguh merasa beruntung menjadi perempuan yang mengenal dan belajar dari Maryam melalui Al-Quran. Bagi saya, Al-Quran adalah  petunjuk yang sangat jelas dan tidak ada keraguan sedikitpun terhadapnya. Satu surat yang sederhana, tidak terbantahkan dan tidak perlu diperdebatkan adalah QS. Al Ikhlas “Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa (1). Allah tempat meminta segala sesuatu, (2). Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan (3). Dia tidak ada yang setara dengan Dia (4).”

Film yang tak sengaja saya temukan dalam link di bawah ini, membantu pemahaman bagaimana Maryam dan kondisi masyarakat Bani Israil pada waktu itu...  Meleleh perasaan saya dan tak sanggup untuk tidak menangis.  Alur ceritanya sesuai dengan apa yang tertulis dalam Al-Quran, setting tempat sangat membantu memahami keadaan pada waktu itu.

Kisah Maryam Part 1 Subtitle Bahasa Indonesia 

Semoga kita semua dapat mengambil pelajaran terhadap  kisah Maryam binti Imran dan Nabi Isa a.s dan menambah kecintaan kita  terhadap Nabi Muhammad SAW dan meningkatkan ketaatan kita kepada Allah SWT. Semoga kita dimampukan untuk mengikuti petunjuk-petunjuk-Nya. Amiin ya robbal alamiin. (YA)

Belajar dari Maryam (1)



Refleksi kedua di ujung Ramadan tahun 2020 dan baru terselesaikan di awal bulan Syawal

Semua bermula dengan kegelisahan terhadap pencarian diri yang entah ujungnya  dimana… Allahu a’lam.  Menjadi perempuan Islam dan bagaimana posisinya dalam Al-Quran… 

Hati dan pikiran langsung tertuju pada satu-satunya nama perempuan yang dijadikan nama surat  dalam Al-Quran  “Maryam,”  surat ke-19 dari 114.  Siapa Maryam? Tentu kita semua sudah mengenalnya. Dialah perempuan keturunan Imran, Maryam binti Imran, ibunya bernama Hannah atau Hanna,  terpilih dari sekian perempuan Bani Israil untuk mengandung  bayi Almasih Isa a.s  tanpa suami! Bagaimana mungkin? Bagi Allah SWT, kami percaya, tidak ada yang tidak mungkin. Ini juga ujian ketaatan bagi manusia. Jika Allah berkehendak dan mengatakan "Kun fayakun! Maka jadilah ia..." Tapi jelas bahwa itu hanya untuk Maryam putrinya Imran bukan Maryam yang lain.

Bergetar hati membayangkan perempuan yang begitu kuat, kokoh, dan tangguh sekaligus  penuh dengan kelembutan, kepasrahan, kesantunan, kesalihan, dan ketaatan kepada Tuhannya. Dikotomi yang luar biasa. Maryam digambarkan sebagai seorang perempuan yang begitu suci dan shalihah serta mulia dan tiba-tiba harus mengandung tanpa bersentuhan dengan laki-laki manapun. "Dan ingatlah ketika para malaikat berkata,“Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu, dan melebihkanmu di atas segala perempuan di seluruh alam.” (Ali Imran: 42).  

Maryam lahir sebagai yatim. Ayahnya bernama Imran dan telah meninggal sejak ia di dalam kandungan. Keluarga Imran adalah salah satu keluarga yang dimuliakan Allah SWT seperti juga Keluarga Ibrahim a.s. Maryam dinazarkan oleh Ibunya, Hannah, untuk menjadi seorang yang sholehah  untuk mengabdi di Baitul Maqdis (berdasarkan penelusuran beberapa sumber Baitul Maqdis adalah Jerusalem atau daerah di sebelah timur Jerusalem). Karena kehendak Allah SWT, sejak usia 3 tahun diasuh dan dididik oleh Nabi Zakaria a.s dan  diserahkan untuk menjadi pelayan suci di Baitul Maqdis (sesuai nazar Hannah, ibunya). Padahal waktu itu ada larangan seorang perempuan memasuki tempat itu. Sungguh berat ujian yang harus dilaluinya. 

Pada masa itu, Tuhan telah mewahyukan kitab-kitab sebelum Al-Quran, yaitu Zabur kepada Nabi Daud a.s dan Taurat kepada Nabi Musa a.s.  Jangankan setelah para nabi itu wafat, Bani Israil memang mudah sekali tergoda untuk menyelewengkan ajaran ketauhidan serta keesaan Allah SWT untuk kepentingan manusia-manusia pemuja dunia. Nah, Allah SWT memberikan karunia kepada Bani Israil dengan turunnya Nabi Isa a.s, ingat ya... khusus kepada Bani Israil bukan untuk seluruh umat manusia, karena setelah Nabi Isa a.s akan ada penerusnya yang lemah lembut serta budi pekertinya yang sangat baik dan kenabiannya juga diakui oleh Isa a.s, yaitu Nabi Muhammad SAW, sebagai nabi seluruh umat, sebagai nabi terakhir. Kelak nabi Isa a.s akan membenarkan ajaran nabi Muhammad SAW ketika diturunkan kembali.

Sungguh berat ujian yang harus dijalani Maryam. Penderitaan batinnya sungguh luar biasa. Penderitaan itulah ujian ketaatan kepada Tuhannya. Maryam yang tidak sempat mengenal wajah ayahnya, Imran, pun harus pula berpisah dengan ibunya, Hanna, sejak kecil untuk mendapat pendidikan. Pasti ada perasaan, "Benarkan Ibu dan Ayahku mencintaiku atau menyayangiku? Betapa merindu tak terkira melihat dan bertemu mereka. Ataukah jangan-jangan mereka memang tidak pernah mencintaiku? Itu sebabnya aku 'dibuang' disini?"  Dia  harus kuat menanggung ujian dan kepedihan-kepedihannya, sendiri! Siapa yang harus ditaklukannya? Ya, dirinya sendiri. Kesanggupan untuk menjadi sholehah harus dibayar dengan penderitaan yang luar biasa. Tapi saya yakin dia sangat bahagia karena Allah SWT tidak pernah meninggalkan dan melupakannya. 

“Wahai Maryam! Sesunguhnya Allah menyampaikan  firman-Nya yaitu seorang putra bernama Almasih Isa Putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat, dan termasuk orang-orang yang didekatkan kepada Allah.” (QS.Ali Imran: 45). 

"Dan Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami; dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan kitab-kitab-Nya; dan dia termasuk orang-orang yang taat." (At-Tahrim:12).

Dan (ingatlah kisah Maryam) yang memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan (roh) dari Kami ke dalam tubuhnya; Kami jadikan dia dan anaknya sebagai tanda kebesaran Allah bagi seluruh alam.  (Al-Anbiya, 91).

Dari kutipan surat-surat di atas, sudah sangat jelas bahwa roh yang ditiupkan Allah SWT melalui malaikat Jibril adalah ciptaannya. Roh itu bukan jelmaan Tuhan, tetapi ciptaannya. Allah SWT lah pencipta semua roh yang ada di bumi dan seluruh semesta alam. Hanya Dia satu-satunya yang patut kita sembah. Bukan roh ciptaannya!

Maryam harus mengasingkan dirinya karena tak sanggup memberikan penderitaan dan kesedihan bagi keluarganya. Dia berusaha untuk menunjukkan ketegarannya karena tak sanggup melihat kesedihan apalagi kehinaan keluarganya.   Dia menjalani hari-hari sunyi bersama bayi dalam kandungannya, berjalan dan terus berjalan, sendiri. Berjuang dan terus berjuang. Dan ketika waktu melahirkan akan tiba, Maryam berteduh di bawah batang pohon kurma, bersandar dan menahan kesakitan luar biasa, hendak melahirkan bayi yang namanya pun sudah dipilihkan oleh Allah SWT. Maryam hampir saja berputus asa waktu itu, tak sanggup menahan sakitnya, ”Wahai, betapa (baiknya) aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan.” (QS.Maryam: 23). 

Allah memang Maha segala sumber kekuatan dan maha Mengasihi. Kelahiran Almasih Isa a.s membawa suatu berkah bagi orang tuanya, bagi Maryam dan bagi keluarga Bani Israil.  Malaikat Jibril dikirim Allah SWT untuk memberitahu bahwa ada buah kurma di atasnya dan minuman di bawahnya untuk bekalnya menyusui bayinya. Perjuangan Maryam belum selesai, dia harus kembali berjalan pulang kepada kaumnya, Bani Israil. Membayangkan berbagai macam pertanyaan dari masyarakat saja sudah ngeri rasanya. "Maryam kembali bersama bayinya?," "Bukankah ayah dan ibunya seorang yang shaleh? "Bagaimana mungkin Maryam menjadi pezina?"  

Siapa yang pernah  melahirkan bayi, tentu tahu betapa luar biasa sakitnya.  Beruntunglah saat ini ada dokter atau bidan yang membantu proses melahirkan. Subhanallah.... Maryam binti Imran, melahirkan sendiri! Tanpa kawan! Pun untuk sekedar mendengarkan jeritan kesakitan! Sendiri. Bisa dibayangkan betapa berat penderitaannya waktu itu. Tapi dia adalah Maryam binti Imran, perempuan yang spesial.  

Seperti halnya Maryam, mungkin saya adalah salah satu diantara sekian perempuan di dunia yang juga hampir menyerah, berhenti dan meninggalkan 'pertempuran' proses melahirkan. Diperlukan kekuatan dan ketangguhan diri untuk mengatakan, "Ya saya bisa dan lillahi ta'ala."  Berpeluh menahan sakit segala sakit! Waktu itu segala nasehat dan kata-kata hiburan tak ada artinya! Meski dari orang terdekat sekalipun. Sungguh suatu perjuangan antara hidup dan mati. Hanya berbekal keyakinan bahwa segala daya, upaya, serta kekuatan adalah milik Allah SWT. La haula wa quwwata illa billah. 

Mengandung, melahirkan, membesarkan, dan mendidik  anak adalah perjalan panjang yang harus kita jalani sepanjang hayat dan terus menerus. Bagaimana tidak sepanjang hayat... setelah anak kita lahir apakah tugas kita selesai sampai disini? Tidak, kita harus terus melindunginya secara fisik maupun psikis, ketika anak mulai bisa berbicara dan melakukan banyak hal apakah kemudian tugas kita selesai? Tidak... bahkan sampai anak itu kelak memiliki kehidupannya sendiri... kita harus terus menerus melindunginya dengan doa terbaik yang kita bisa.  Mungkin memang benar bahwa manusia adalah mahluk yang selalu bergantung seumur hidupnya... Bukankan itu yang diajarkan Tuhan untuk makhluknya? Kita memang selayaknya bergantung pada zat yang layak menjadi gantungan kita. Pencipta segala makhluk dan alam semesta. Semoga Allah ridho terhadap segala peran yang kita miliki sehingga anak-anak yang lahir dari rahim kita semua dapat menjadi anak yang sholeh dan sholehah. Amiin  ya Mujib. 



                                                                                                            Lanjutan... refleksi ketiga..
                                                                                          


Tuesday, May 19, 2020

Refleksi di Penghujung Ramadan

Ramadan tahun 2020 ini  sungguh berbeda. Subhanallah tak henti-henti kupanjatkan doa dan terima kasih pada-Mu, pemilik jagad raya dan isinya. Pemilik angin, awan, hujan, tanah, serta tumbuhan. Pemberi segala berita yang menggembirakan. Ternyata, di tengah berbagai macam kesedihan, kepedihan, kegundahan, dan juga ketidakpastian kehidupan manusia di dunia saat ini, saya merasa tenang, ringan, dan mengalir penuh kegembiraan dan kesederhanaan. Semua berjalan sesuai kehendak-Nya. Insya Allah akan baik-baik saja. Amiin.

Membaca dan menggali makna yang terkandung dalam setiap surat dalam Al-Qur'an serasa menentramkan dan meneduhkan jiwa. Hilang rasa gundah apalagi sedih.  Ada keinginan untuk selalu kembali menyelami makna setiap larik-lariknya-Nya. Lagi dan lagi. Luar biasa. Dan sekarang ada satu keinginan yang juga tak terbendung untuk berbagi dan menuliskannya disini.

Sungguh indah. Tak ada seorang penyair terhebatpun di dunia mampu menandingi jalinan kata yang demikian lembut, mendayu, menyejukkan sekaligus tegas, jelas, kadang menakutkan, mengerikan dan penuh ancaman, serta menyedihkan sekaligus. Itulah istimewanya. Tentu bagi orang-orang yang mau menerima petunjuk-Nya. Kita tentu percaya bahwa ketauhidan Tuhan juga diajarkan melalui kitab-kitab yang diturunkan kepada para nabi sebelum Nabi Muhammad SAW.  Sungguh beruntung kita memiliki mukjizat Al-Quran sebagai petunjuk hidup yang membenarkan kitab-kitab sebelumnya
(Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa, Zabur kepada Nabi Daud, dan Injil kepada Nabi Isa). Nikmat manalagi yang akan kita ingkari?

Seandainya  Nietzsche punya kesempatan menghayati kata-kata dalam Al-Quran ini....saya  tak yakin Zarathustra akan berteriak lantang karena kehilangan Tuhannya! Ah, mungkin saja dulu kitab yang dibacanya bukan yang seharusnya (mungkin informasi Nabi Isa a.s bahwa akan adanya penerusnya bernama Ahmad atau Muhammad tak lagi ditulis disana, update info tentang ke-Islamannya  hilang entah menguap dimana). Allahu a'lam - Allah Yang Maha Mengetahuinya.  Sungguh malang nasibnya. Bukit yang didaki dan jalan terjal yang dipilihnya mungkin bukan yang semestinya. Ya, seandainya dia tahu bahwa Tuhan begitu dekat, dia tak akan frustasi dan gila dengan pemikirannya sendiri! Tragis. Manusia boleh belajar dari kegagalan konsep ubermensch yang terjawab oleh sejarah melalui Hitler.

Dalam hal tertentu Nietzsche mungkin saja benar bahwa manusia diajari untuk mampu mendidik dirinya sendiri, menguasai kemampuan tertentu dan mengarahkan diri sendiri atau bahkan mengantisipasi keadaan tertentu. Apakah ajaran itu tidak ada di dalam Al-Quran? Tentu saja ada, jauh sebelum Zarathustra lahir! Bukankah sejak penciptaannya, manusia diberi pilihan? Mengapa Adam dan Hawa dibiarkan memetik buah kuldi yang terlarang? Karena Tuhan membiarkan iblis meracuni pikiran mereka. Begitu halus iblis dan setan masuk ke dalam diri manusia, bahkan lewat aliran darah. Kalau begitu mengapa iblis dan setan dibiarkan untuk tidak tunduk dan bersujud kepada Adam dan diijinkan untuk 'menggelincirkan'  manusia sepanjang hayatnya? Tidak lebih karena Tuhan ingin menguji dan membedakan mana yang patuh dan mana yang tidak. Ya, manusia diturunkan ke bumi yang diciptakan-Nya selama enam masa, tak lebih untuk menerima ujian! Lolos tidaknya manusia dalam ujian, tentu semua diserahkan kepada masing-masing.

Manusia diberi kesempatan untuk mendidik dirinya sendiri dan mengarahkan dirinya sendiri secara terus menerus sampai batas waktu yang telah ditentukan, yaitu ketika nyawa telah digulung dan diambil kembali oleh pemilik-Nya. Manusia dibebaskan untuk memilih jalannya sendiri-sendiri.Tuhan tentu Maha Tahu bahwa manusia memang makhluk pembantah serta pembangkang dan ujiannya adalah 'kepatuhan.'  Kita diminta untuk tunduk (lima kali dalam sehari bersujud  sejenak, berzakat, berinfak dan beramal shaleh). Sederhana tetapi penuh godaan yang sangat memabukkan! Mudah diucapkan tapi tak banyak yang mau melakukannya. Semoga kita termasuk golongan yang sedikit itu!

Begitu besar nikmat kehidupan yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia. Memang betul, seandainya air laut dijadikan tinta untuk menuliskan nikmat-nikmat yang diberikan-Nya untuk kita, sungguh sampai keringpun tidak akan sanggup untuk menuliskan daftar nikmat yang diberikan-Nya untuk kita! Semoga kita termasuk pada golongan yang selalu sadar dan ingat, atau conscious akan fitrah penciptaan kita. Semoga kita bukan termasuk yang lalai dan mengingkarinya. Hidup kita bukan untuk hari ini, tetapi untuk kehidupan kelak. Masa ketika tulang-belulang seluruh umat disatukan kembali dan hari itu semua  ditanya tentang apa yang telah dilakukan saat ini. Tak ada seorangpun dapat mengelak. Hari itu.... harta, anak, keluarga, apalagi tahta dan jabatan tak ada gunanya! Semoga kita termasuk golongan yang yakin akan hari itu!

Mudah-mudahan kita termasuk golongan penerima kitab (bernomor takkan tertukar - 'Iliyin') dari tangan kanan. Kelak golongan ini akan  menerima kitabnya masing-masing  dengan penuh suka cita dan kegembiraan. Hari ketika pertimbangan dan pertemuan dengan Tuhannya menjadi kenyataan. Mereka adalah golongan penempuh jalan terjal dan sungguh sulit serta penuh godaan / temptation indahnya dunia, menuju jalan yang dititahkan-Nya. Semoga kita bukan termasuk golongan yang bersedih, penuh dengan penyesalan dan penderitaan. Hari berbalas yang tidak mungkin ada editing apalagi deleting! Golongan  malang itu sungguh akan menyesal dan dipermalukan karena kitabnya dilempar dari kiri dan belakang. Penyesalan tentu tak akan berguna lagi. Muka golongan ini akan diseret tanpa kehormatan! Astagfirullahal azim. Dengar dan ikuti petunjuk-Nya dan kau akan bahagia. Mudah-mudahan bermanfaat sebagai pengingat. (Yeni Artanti)








Sunday, April 26, 2020

Membaca Masa - Jadilah Manusia Beruntung!


Manusia sangat  terikat oleh waktu atau masa yang demikian misterius menurut saya. Kapan kita dilahirkan, berapa lama kita diberi kesempatan untuk hidup, dan kapan kita mati tampaknya tetap menjadi rahasia Ilahi yang tak bisa kita intip! Kepastian bahwa yang berjiwa itu akan mati tidak ada yang dapat menyangkalnya. Semua tercatat rapi di Lauh Mahfuz.  Apakah lantas kita menjadi pesimis menghadapi kehidupan? Bagaimana kita mengisi waktu yang diberikan kepada kita? Meskipun pengetahuan kita tentang masa sangatlah terbatas  pada pagi, siang, malam dan terbatas sekedar  angka  detik, menit, jam, serta terbatas pada hari, minggu, bulan, tahun. Yakinlah, semua telah ditetapkan. Sadar atau tidak sering kali kita menjalani melewati masa-masa kita seadanya, tanpa sadar dan begitu-begitu saja, taken for granted.  Padahal, jika kita mau me 'membaca' sedikit saja petunjuk-petunjuk yang dititahkanNya untuk kita, semuanya jelas. 

Satu hal yang menurut saya sangat penting dibahas adalah surat super pendek yang menjadi andalan siapa saja ketika sholat, yaitu Al Ashr. Saya selalu bertanya-tanya mengapa Allah mengatakan, "Demi masa" dalam ayat pertama surat Al-'Ashr. Mengapa masa? Mengapa waktu? Apakah 'waktu' itu demikian penting sehingga kita, manusia perlu dituntun dan diingatkan melalui surat ini ? Bagaimana tidak pendek, surat ini hanya terdiri tiga ayat, surat ke-103 Al quran, anak kecilpun tidak kesulitan untuk mengingatnya. (1)Wal' ashr, (2) innal insaana la fi khusr, (3) illal la-dziina aamanuu wa'amilatush shaalihati wa tawaa-shaubil haqqi wa tawwa-shau bish shabr.  (1) Demi masa, (2) sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, (3) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, saling menasehati untuk kebenaran dan menasehati untuk kesabaran. 

Bagi saya, yang kalau menurut kategori Geertz, termasuk manusia Indonesia, eh... manusia Jawa abangan, yang jauh dari kasta santri yang setiap hari bergelut dengan ilmu agama dan apalagi priyayi (yang semoga dekat dengan santri), harus bersusah payah sendiri mencoba menggali makna kata sederhana 'Demi Masa' - Mengapa manusia dalam keadaan merugi? Kalau merugi kenapa manusia diciptakan? Untuk apa kita hidup? Pertanyaan-pertanyaan itu selalu ada di kepala dan hati saya sampai sekarang. Hidup sepertinya tampak menyedihkan dan pesimistis. Tapi sebentar, kalimat itu belum selesai dan ayat terakhir itu sesungguhnya petunjuk yang sangat jelas bagi kita. Manusia dikatakan beruntung jika dia beriman, beramal shaleh dan saling mengingatkan pada kebenaran dan kesabaran.

Tampaknya gampang dan simpel diucapkan. Tapi sungguh bagi saya yang sekali lagi hanya manusia jelata, proletar, semuanya perlu perjuangan! Jujur saja, iman saya sering kali naik turun, keinginan dan tindakan beramal shaleh juga kadang timbul tenggelam, mengingatkan pada kebenaran dan kesabaran ini juga penuh dengan godaan setan. Saya sering kali tergelincir pada sikap-sikap dan ucapan yang sama sekali jauh dari makna sabar. Ya Allah... mohon maaf. Saya sering kali tak sabar dalam menjalankan peran  sebagai ibu, istri, saudara, anak,  tetangga,  pendidik, kolega, ataupun teman. Ya, saya perlu belajar banyak. Belajar bagaimana mengalahkan syaitan yang memang Kau ciptakan untuk menguji keimanan dan kesabaran yang dengan kurang ajar dan sangat cerdik menyusup ke dalam hati tanpa permisi dan tanpa kita sadari.

Maka, menghadapi masa pandemi seperti sekarang ini, saya merasa memiliki momentum untuk membaca masa dengan lebih jernih. Sejak tanggal 16 Maret 2020 sampai saat ini, 26 April 2020, saya memiliki waktu yang lebih tenang untuk mencoba memahami apa yang sedang terjadi. Saya yakin Allah punya tujuan jelas untuk kebaikan manusia. Inilah waktunya secara pelan dan pasti kita kembali pada diri sendiri dan kembali padaNya. Tak ada kekuatan dan hegemoni negara manapun yang mampu mengalahkan mahlukNya yang terlihat saja tidak! Mahluk yang oleh manusia disebut Covid-19.  Allah sedang menunjukkan bahwa dunia dan manusia  begitu sangat rapuh! Tidak selayaknya kita jumawa menantang petunjuk-petunjukNya. Pandemi ini adalah satu cara Allah memperlambat dan mengerem kerakusan dan kerusakan yang diperbuat oleh manusia terhadap dirinya, lingkungan dan juga alam. Bukankah berbagai macam kerusakan di dunia ini disebabkan oleh manusia sendiri?

Yakinlah, hidup kita sedang ditata ulang oleh yang punya hidup! Mari kita terima dengan lapang dada dan kesabaran. Semoga dengan itu kita akan menjadi manusia yang bahagia dan 'penuh'. Demi masa, semoga kita menjadi manusia yang beruntung. Demi masa meskipun sangat sulit meniru perilaku tuntunan kita,  Nabi Muhammad SAW yang mampu membagi waktunya menjadi sepertiga untuk Allah, sepertiga untuk tugas, dan sepertiga untuk keluarga, marilah kita mencoba beradaptasi dan terus memperbaiki diri.  Semoga Ramadhan yang berkawan Covid-19 ini  memberikan momentum yang tepat untuk kita  selalu mendekatkan diri kepadaNya dengan penuh kesadaran, kesederhanaan dan tanpa hingar bingar. Semoga sisa waktu yang diberikanNya untuk kita dapat kita manfaatkan sebaik-baiknya. Aaamiin ya robbal alamiin. (YA)