Translate

Powered By Blogger

Friday, December 15, 2017

Menjadi Orang Tua Jaman Now


Sebetulnya saya tidak terlalu suka menggunakan bahasa gado-gado seperti judul tulisan ini. Secara kebahasaan, jelas tidaklah baku. Tapi bagaimana lagi, terkadang kita tidak kuasa menolak berbagai macam hal yang berkembang demikian pesat yang dibawa oleh pesatnya revolusi teknologi yang sedang melanda dunia, termasuk di Indonesia.

Tata bahasapun seringkali terjungkilbalik karena  derasnya arus kecepatan, keinstanan serta keviralan dan ke-update-annya melalui media sosial dan media online lainnya yang sadar atau tidak sangat gencar membombardir isi kepala kita. Tanpa kita peduli siapa yang memulainya. Tujuan utamanya adalah mengubah  paradigma berpikir kita, agar kemudian bisa diterima sebagai kebenaran. Apakah secara kebahasaan hal itu menjadi suatu kebenaran? Secara akademis, setidaknya sampai saat ini, tentulah tidak bisa diterima, tetapi apakah bisa diterima secara umum, tentu saja. Apakah berpotensi untuk diterima secara akademis? Mungkin saja, kalau ada aturan baru yang diterima untuk menggantikan aturan lama.  Dalam dunia yang penuh dengan ketidakpastian, berbagai kemungkinan bisa saja terjadi. Akankah hal ini bisa dijawab melalui penelitian-penelitian pendidikan kita? Biarlah ini dijawab oleh para pakar pendidikan dan peneliti di Indonesia.

Lalu, bagaimana menjadi orang tua di jaman now?  Bisakah kita bertahan dengan berbekal ilmu yang taken for granted?  Atau jangan-jangan kita juga harus ikut harus berubah? Sebagai orang tua jaman sekarang, tantangannya sungguh bermacam-macam. Sepuluh tahun yang lalu, ketika anak saya yang pertama mulai bisa melihat warna dengan jelas, kira-kira umur 7-8 bulan, rival terberat saya adalah televisi kabel dengan chanel Baby TV, Cbeebies, Disney Junior. Ketakjuban anak saya akan program-program itu masih bisa saya kendalikan dan saya alihkan dengan membatasinya dengan waktu dan mengajaknya naik sepeda, jalan-jalan atau hanya sekedar main ke tempat tetangga. Meskipun tetap saja, setiap kali di depan program-program itu, anak saya tetap saja bisa berlama-lama 'melongo' dan minimal ya paham bahasa Inggris juga sih tanpa saya ajari. Mungkin itu sisi baiknya. Selain itu, karena sifatnya berbayar, maka tayangan iklan dan godaannya tentu saja dapat diminimalisir.

Nah sekarang, 'rival' terberat saya di rumah adalah wi-fi yang karena kebutuhan bisnis, mau tidak mau harus diinstal di rumah dan merasuki setiap sudut ruangan dengan leluasa! Kegandrungan akan wi-fi merasuki semua orang, termasuk kami, orang tuanya. Televisi yang tadinya bisa dikontrol dengan pilihan chanel, sekarang terhubung dengan sangat mudah dan cepat pada you tube! dan online. Alamak.... dimana buku / referensi yang bisa saya gunakan sebagai pegangan untuk mendidik anak-anak ini? Tidak ada...hadew... tampaknya kita memang harus membuat dan meramu teori sendiri. Frustasi tidaklah cukup. Marah-marah dan melarang sama sekali anak-anak menggunakan gadget untuk main games atau asyik sekedar nonton "Kuda Pony" sepertinya bukanlah jurus yang tepat. Anak saya yang kecil sedang gandrung dengan  'kuda' apapun jenis dan bentuknya. Ada yang bergincu, berpakaian cantik, rambut pink, coklat, ungu dan lain lain bahkan sekedar galoping atau lomba lari kuda sayangnya hanya digerakkan lewat jari dan layar tab!

Jelas, interface Cbeebies (cek lebih lanjut di http://www.bbcasia.com/channels/cbeebies/, atau http://disneyjunior.disney.id/, natgeo kids https://kids.nationalgeographic.com/videos/ ) lebih saya sukai sekarang, karena ternyata jauh lebih 'children friendly' dibandingkan video-video yang beredar sekarang terutama melalui you tube atau games yang sering kali iklan-iklannya muncul slonong boy tanpa permisi yang kontennya belum tentu cocok untuk umur mereka.


Saya seringkali merasa kehabisan energi untuk marah-marah! Mungkin sudah waktunya saya tidak lagi senewen dan sewot dan cukup memberikan batasan waktu. Tampaknya lebih efektif dan juga membuat anak-anak sibuk di luar rumah untuk melakukan kegiatan yang tidak memerlukan wi fi! Tapi itu sangatlah menyita waktu, energi dan juga bugdet. Tentu saja itu adalah pengorbanan dan apa boleh buat, mudah-mudahan itu membuat anak-anak mengerti bahwa banyak hal yang bisa dikerjakan selain  'olah raga' jari dan  mata.

Jadi, saya sudah bertekad sekarang untuk membiasakan dan melatih mereka untuk dapat mengontrol diri melalui pembatasan waktu. Harapannya agar mereka  dapat belajar mengontrol diri sendiri untuk berhenti dan mengatakan cukup. Disiplin untuk mengatakan tidak pada diri sendiri. Berat memang, tapi itulah tantangan. Semoga bermanfaat. 😊

0 comments:

Post a Comment