Demikian juga Pak Tinus yang dengan tekun merapikan jaring sederhananya di perahun tak beratap dan kecil sungguh. Tangannya kuat terlatih menggulung dan mengulur tali dan jaring yang sangat sederhana itu. Tak peduli hujan membasahi badannya, kepalanya cukup bertopi plastik kresek yang dia dapat dari laut, dia terus saja telaten bekerja. Seberapapun ikan yang ditangkapnya hari itu, esoknya dia juga akan kembali ke laut untuk menggembleng diri demi menjalani kehidupan yang dititahkanNya. Meskipun sendirian, mereka akan tetap kembali untuk bercengkrama dengan angin, matahari, hujan, ombak, burung dan ikan di lautan. Harapan itulah temannya!
Hidup secara realistis dan 'menginjak tanah' adalah pelajaran berikutnya yang harus harus kuterima. Bagi para pekerja seperti mereka, fisik adalah kebutuhan. Jadi, doa pertama yang terucap adalah mohon kesehatan dan keselamatan dari yang Kuasa, agar esok hari dapat kembali melakoni perannya masing-masing.
Bagiku, mereka-mereka adalah Sisipus yang nyata, bukan hanya hidup dalam mitologi Yunani atau dalam bukunya Camus dalam "Myth de Sisyphus" (Edisi terjemahan dalam Bahasa Inggris dapat dibaca lebih lanjut di atau https://postarchive.files.wordpress.com/2015/03/myth-of-sisyphus-and-other-essays-the-albert-camus.pdf sementara versi Bahasa Prancis bisa dibaca http://www.fadedpage.com/showbook.php?pid=20160912 atau sebagai pengenalan silakan buka di https://en.wikipedia.org/wiki/The_Myth_of_Sisyphus ).
Dari para pekerja keras seperti mereka inilah kita diajari bagaimana menjadi manusia. Seberapapun beban hidup yang harus mereka jalani, mereka selalu berusaha dapat melakoninya dengan bahagia, karena itulah ketentraman. Kita memang harus membayangkan mereka bahagia, seperti halnya Sisipus.
Belajar hidup bersahaja memang sulit, tapi bukan berarti tidak mungkin. Barangkali kita akan sendirian, biarlah. Ketika banyak orang memilih untuk bergonta-ganti tas dengan berbagai macam warna dan merk yang sesuai dengan baju-baju mereka yang trendi, sementara kita memilih menggunakan tas dan baju yang 'itu-itu' saja tanpa peduli warna sepatu dan baju apalagi mengikuti tren! Ya, sederhana itu menjadi diri sendiri dan menikmati apa yang kita miliki.
Mungkin itu yang disebut bijaksana. Toh apapun peran kita, seberapapun tingginya jabatan dan pendidikan yang kita miliki serta seberapapun banyak harta yang kita miliki, itu semua adalah ujian. Lolos atau tidaknya kita melewatinya, akan tergantung pada bagaimana kita melihat kehidupan ini. Mencintai kehidupan dengan sederhanapun akan sangat indah kalau kita menikmatinya. Memilih untuk tidak menuruti nafsu dan menjinakkan keinginan akan membantu menentramkan jiwa. Semoga kita dimampukan!
0 comments:
Post a Comment