Translate

Powered By Blogger

Saturday, December 23, 2017

Telaah terhadap Artikel Joel Spring tentang "Penelitian tentang Globalisasi dan Pendidikan"

    Secara umum, artikel ini merupakan hasil kajian komparatif berbagai macam literatur tentang pendidikan yang terjadi sampai saat ini. Tulisan ini juga memberikan gambaran  tentang globalisasi yang awalnya terjadi di bidang ekonomi terutama produksi, konsumsi dan investasi yang kemudian dengan cepat menyebar ke negara bangsa di penjuru dunia sehingga mempengaruhi secara politis maupun budaya termasuk pendidikan dalam kebijakan maupun secara praktis. Sayangnya, tidak ada satu kasuspun yang diangkat dalam artikel ini terkait dengan pendidikan di Asia Tenggara seperti Indonesia atau Malaysia.
     Penelitian tentang globalisasi melibatkan kajian tentang diskursus-diskursus yang berkembang di dunia, proses-prosesnya serta institusi-institusi yang melibatkan praktek dan kebijakan pendidikan lokal. Empat perspektif terkait dengan globalisasi dan pendidikan yang dikaji dalam tulisan ini adalah (1) budaya yang berkembang di dunia, (2) sistem yang berlaku di dunia, (3) postkolonial dan postkulturalis.
     Diskursus-diskursus yang berkembang saat ini adalah (1) pengetahuan ekonomi dan teknologi, (2) pembelajaran sepanjang hayat, (3) migrasi global atau sirkulasi kecerdasan, dan (4) neoliberation. Institusi-institusi dunia yang terlibat dalam diskursus internasional adalah World Bank, Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), World Trate Organization (WTO), United Nation (UN), dan UNESCO. Namun, tidak ada pembahasan tentang sejauh mana diskursus-diskursus tersebut mempengaruhi pendidikan negara-negara yang berkembang separti di Indonesia.
    Selain itu, tes-tes berstandard internasional seperti Trends in Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program for Student Assessment (PISA), dan pembelajaran dalam bahasa Inggris dalam dunia bisnis memberikan sumbangan dalam keseragaman kurikulum nasional di belahan dunia manapun. Kritik yang dialamatkan tentang kecenderungan/tren global yang tengah terjadi adalah memberikan dukungan terhadap pendidikan-pendidikan alternatif yang akan melestarikan budaya-budaya dan bahasa-bahasa lokal, serta memastikan bahwa praktis-praktis pendidikan terjadi secara progresif untuk melindungi yang miskin dari yang kaya dan melindungi alam / lingkungan dan hak setiap manusia.  Namun, tidak ada kajian tentang kendala-kendala yang dihadapi oleh negara-negara berkembang dalam mengkonseptualisasi pendidikan yang global tetapi lokal (GLOCAL).
     Keseragaman kurikulum, instruksi, tes mungkin merupakan hasil dari trend-trend yang terjadi secara luas saat ini dan yang didiskusikan dalam artikel ini. Diskursus pendidikan global tentang pengetahuan ekonomi dan teknologi, pendidikan sepanjang hayat (lifelong learning), dan sumber daya manusia dalam pendidikan mempengaruhi kebijakan-kebijakan nasional yang diambil suatu negara bangsa. Penelitian menunjukkan bahwa organisasi-organisasi internasional (termasuk LSM), dan khususnya Bank Dunia, OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) juga memberikan bantuan dalam perencanaan pendidikan terutama terkait dengan pengetahuan ekonomi dan sumber daya manusia dalam pendidikan. Keseragaman kurikulum global dipengaruhi oleh perbandingan skor-skor internasional yang standar misalnya TIMSS dan PISA. Diskursus tentang Neoliberalisme dan GATS mendorong privatisasi secara global pendidikan di dunia, terutama pendidikan pada jenjang perguruan tinggi, meningkatnya jasa-jasa informasi dan buku-buku yang ditawarkan dengan jejaring internasional, perusahaan multinasional. Migrasi secara internasional diistilahkan penulis sebagai brain circulation atau sirkulasi orang pintar di dunia, memberikan kontribusi pada berkembangnya keseragaman prakek-praktek pendidikan yang terjadi secara global dan tekanan lokal yang memastika bahwa pendidikan akan membantu lulusannya untuk berpartisipasi dalam ekonomi global. Perkembangan bahasa Inggris yang digunakan sebagai bahasa perdagangan global menyebabkan bahasa Inggris mendapat perhatian khusus dalam kurikulum nasional, termasuk di Indonesia.
      Ada beberapa kritikan yang dialamatkan terkait dengan keseragaman pendidikan. (1) Para ahli teori tentang sistem dunia berpendapat bahwa keseragaman itu merupakan proses untuk melegitimasi kegiatan-kegiatan negara-negara kaya atas negara-negara miskin. Dengan menggunakan analisis kritis postkolonial menyebutkan bahwa tren yang berkembang (globalisasi pendidikan) menunjukkan hegemoni kelompok elit di dunia. Sepakat dengan kaum kulturalis, analisis postkolonial dimaksudkan untuk memberikan dukungan kepada bentuk-bentuk alternatif tentang pendidikan yang disesuaikan dengan pengetahuan ekonomi dan sumber daya manusia, misalnya dengan teori progresif dan metode Freirian. (2) Penelitian budaya oleh para kulturalis menyimpulkan bahwa masyarakat lokal perlu mengadopsi praktek-praktek pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan budaya lokal sehingga yang terjadi bukan lagi keseragaman tetapi mengembangkan praktek hybrid karena merupakan kombinasi budaya lokal dan global. Apakah kebudyaaan hybrid itu yang terbaik bagi Indonesia? Mungkin ya dan mungkin tidak. Bagaimanapun pendidikan yang terbaik bagi Indonesia adalah pendidikan yang berlandaskan pada fondasi atau dasar filososfi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Hal itu mengingat bahwa bangsa Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, multibudaya, pluralism. Keberagaman lokal itu tetap harus dibungkus sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Referensi
Spring, Joel. (2008). Research on Globalization and Education. Review of Educational Research. 78, 2.






0 comments:

Post a Comment